Hello everyone, you are reading my post yang berisi pengalaman saya travelling saat pandemi corona bersama anak~
Semoga tetap dalam keadaan sehat ya walaupun kondisi kita semua masih “dirumah aja” selama pandemi covid-19 belum membaik. Walaupun secercah harapan melalui vaksin sudah terlihat, tetap saja kita tidak boleh kendor terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Pasti pembaca sekalian ada yang bernasib seperti saya, punya anak kecil, ibu rumah tangga dan suami kerja jauh dari orang tua. Untuk saya, bukan hanya jauh, area kerja suami saya 5 jam dari Banjarmasin. Sejak Februari 2020 pun kami benar benar tidak kemana mana. Bukan sekedar karena kami tidak mau keluar kota, namun protokol dari kantor suami pun tidak memperbolehkan kami keluar kota untuk alasan keamanan.
Suntuk? sejujurnya saya sih biasa aja karena cukup enjoy #dirumahaja. Tapi sepertinya hal ini tidak berlaku untuk suami saya. Saya maklum, dia bekerja seharian, dan disini bukan kampung halaman kami. Teman teman nya yang “single on site” bisa lebih santai keluar kota karena tidak membawa anak istri, tapi buat yang “family on site”, kalau bukan urusan super penting tidak disarankan keluar kota.
Orang tua kami tidak menuntut kami pulang kampung, namun sekitar bulan November 2020, adik saya meminta bantuan saya untuk mengelola asset keluarga kami yang ada di Palembang. Disaat yang bersamaan juga, perusahaan mulai memperbolehkan family on site untuk mengambil cuti.
Kalau pembaca pikir saya bahagia ketika kesempatan cuti datang, gak juga kok. Saya galau lebih tepatnya. Saya salah satu yang teramat taat dengan protokol kesehatan. Terlebih adik saya dokter dan ibu saya perawat, tentu saya sangat mengerti atas resiko bila melakukan perjalanan selama pandemi. Terlebih lagi, saya membawa anak 3 tahun.
Berbagai skenario saya pikirkan. Sebagai contoh, bagaimana bila rapid tes reaktif, atau swab positif. Akan karantina mandiri dimana, isi gopay bagaimana, ambil tunai berapa. Ya, sedetail itu saya pikirkan. Karena buat saya perjalanan ditengah pandemi ini bukan hal main main. Tepat pada hari ini, hasil Swab saya dari Lab Tanjung keluar dan kami bertiga dinyatakan negatif dari Covid-19. Saya dan suami sangat bersyukur karena kerja keras kami menjaga protokol kesehatan berbuah manis. Saya akan sedikit gambarkan suasana bepergian disaat pandemi yang saya yakin akan sangat berguna buat keluarga yang bernasib sama dengan saya.
First : Izin Ke Perusahaan dan Bilang Dengan Tetangga
Jangan pernah pergi diam-diam. Cuti Family on Site baru diperbolehkan sekitar bulan Oktober dan November 2020. Suami mengajukan cuti ke pihak HR dan atasan, serta membaca peraturan peraturan sehubungan cuti yang harus ditaati. Salah satu “key point” yang saya lihat adalah kami diwajibkan melakukan rapid test covid-19 saat H-2 keberangkatan cuti dan H-2 pulang ke site. Rapid test adalah dokumen penting yang harus dilaporkan saat check in pesawat udara. Untuk kepentingan penerbangan, surat rapid test berlaku 14 hari setelah tanggal surat dikeluarkan.
Saya juga lapor ke Bu RT dan tetangga saya bahwa saya akan melakukan perjalanan keluar kota, dan akan langsung isolasi mandiri di rumah sampai hasil PCR test kami bertiga negatif. Oleh karena itu tetangga tidak akan “su’uzhan” kenapa saya tidak keluar rumah ketika sampai Tanjung. Tak lupa saya stok beberapa sembako dan makanan beku untuk menemani isolasi mandiri sebelum cuti.
Second : Rapid Test Sebelum Keberangkatan
Rapid test di Tabalong kisaran harganya sekitar 150 ribu. Untuk praktiknya dikerjakan di luar gedung, jadi cukup aman. Tidak ada persiapan khusus sih karena jenis tes yang kami lakukan adalah mengambil darah cukup dari ujung jari. Saya melakukan tes sekitar pukul 10, namun surat nya baru bisa diambil di sore hari. Setelah memastikan hasilnya negatif, kami langsung packing untuk siap-siap. At that time, saya sudah berfikir, bila hasilnya positif (saya rapid test H-2), saya akan langsung ambil swab test untuk memastikan.
Third : Naik Shuttle 4-5 jam dari Tanjung ke Banjarmasin
Jadwal naik travel adalah jam 12 malam dan direncanakan sampai ke Banjarmasin sekitar jam 4-5 pagi. Saya cukup “nervous” karena Bandara Banjarmasin itu udah ganti jadi lebih besar dibanding sebelumnya, jalan masuknya juga beda. Lalu flight saya harusnya jam 9 pagi. Sekitar jam setengah 5 saya sampai di mess Banjarmasin, dan berniat langsung ke bandara. Namun driver nya bilang bahwa bandara belum buka dan honestly “sepi banget”. Kami disarankan istirahat dahulu dan akan diantar ke Bandara sekitar jam 7 pagi.
Fourth : Bandara Banjarmasin
Jadi, selama pandemi ini, sangat disarankan datang minimal 3 jam sebelum jam keberangkatan anda. Kenapa?
Karena alurnya akan seperti ini.
- Sampai di bandara, hal pertama yang harus anda lakukan adalah cap hasil rapid test anda di KKP Bandara. Jadi jangan sampai lupa bawa hardcopy dari rapid test anda. Saya cukup beruntung karena masih pagi, antrian cap KKP agak lenggang. Namun hal ini akan berbeda di bandara sekelas Soekarno Hatta.
- Check in process seperti biasa. Surat rapid test dan identitas anda akan diminta berkali kali. Dan juga karena pandemi, saya perhatikan sangat sedikit restoran yang buka di bandara. Masih beruntung beberapa lounge masih buka dan ada restoran AW di terminal kedatangan dan keberangkatan.
- Selama di ruang tunggu disarankan selalu jaga jarak dan tenang aja. Spot hand sanitizer dimana mana.
*Saran Tambahan*
I’m travelling with my three years old. Jadi, kan pesawat yang saya gunakan adalah Garuda Indonesia. Dan, melakukan kebijakan seat distancing. Untuk konfigurasi 3-3, saya akan mendapat nomor kursi 29A, zidan 29 C, dan suami di 29 F misalnya. Kan namanya bawa balita pasti harus sebelahan. Nah, sebaiknya ibu bapak meminta pindah kursi dari pas check ini. Nanti akan diminta untuk mengisi form dan dibawa ke kabin. Di kabin surat ini harus ditunjukkan ke awak kabin.
Nah, kejadian pertama saya gak bilang ke awak kabin bahwa saya mau pindahhin kursi anak saya ke 29B biar sebelahan dengan saya. Lalu sebelum pesawat take off, awak kabin mengabari bahwa ada surat yang harus saya ttd bila ingin memindahkan kursi. Ground crew dari maskapai lalu menghampiri saya dan meminta saya menandatangani pemindahan kursi pesawat.
Fifth : Sampai Di Bandara Soekarno Hatta dan Hotel Transit
Pesawat landing dengan mulus di Soekarno Hatta. So far gaada masalah dan dipesawat kita diberikan makanan pack meal dan minuman aqua sebotol. Karena pandemi, jadwal pesawat yang jam nya enak dari banjarmasin-jakarta-medan itu gaada yang bisa langsung transit. Kami berniat sampai di medan sebelum jam 6 sore untuk mengejar kereta bandara terakhir, sayangnya jadwal yang ada saat itu adalah penerbangan yang sampai medannya diatas jam 6 sore. Jadi kami memilih menginap sehari di hotel transit bandara Soekarno Hatta yang terletak di terminal 2F.
Ohiya, jangan lupa menginstal aplikasi E-Hac dan mengisi formnya. Tidak terkecuali anak kecil ya. Ketika turun pesawat dan hendak mengambil bagasi, kita diharuskan mengantri untuk Scan barcode data kita, yang sudah kita input di E-Hac. Caranya cukup mudah, setelah install dan register, kita cukup input alamat asal dan alamat tujuan, nomor penerbangan dan tempat duduk di pesawat, lalu keluhan yang kita rasakan saat ini. Lalu barcode data kita akan keluar. Beberapa bandara menyediakan E-Hac manual.
Sayangnya skytrain bandara soekarno hatta antar terminal tidak beroperasi lagi, jadi saya harus naik shuttle buss antar terminal untuk mencapai terminal 2F. Hotel transit ini terletak di terminal 2 F dekat restoran AW, cukup strategis karena ada alfamart, indomaret, imperial kitchen dan maxx coffee disekitarnya. Walaupun hotel cukup tua, namun kamarnya bagus banget loh. Kalau malas jalan terlalu jauh bisa request kamar dekat resepsionis. Karena saya book via traveloka, saya tidak mendapat info mengenai posisi kamar dan mendapat kamar nomor belasan, sedangkan kamar paling dekat dengan resepsionis adalah nomor 30-40 an. Yah lumayan olahraga jalan melewati 20 an kamar. Pemandangan kamarnya bagus sekali, cocok buat yang suka foto pesawat.
Sixth : Penerbangan CGK-KNO dan Kereta Bandara Medan
Seperti yang sudah saya duga, antri cap rapid test di soekarno hatta lumayan ramai. Hal ini sudah saya antisipasi dengan datang lebih pagi. Ternyata untuk penerbangan CGK-KNO ini, semua penumpang diberikan “Personal Health Kit” yang berisi masker, carex hand sanitizer, serta voucher tokopedia untuk carex official store.
Lama perjalanan adalah 2 jam dan anak saya cukup bosan dan merasa durasi perjalanan terlalu lama. Cukup rewel di setengah jam akhir. Sampai di bandara, kami mengisi perut dengan makan AW (sponsor utama beut si AW) dan lanjut naik kereta bandara. Untuk tinggi diatas 90 cm sudah bayar ya bun. Kereta nya bagus banget dan bersih. Turunnya di stasiun medan depan mall.
Seventh – Perjalanan dengan pesawat ke Palembang
Saya cukup terkejut dan sedih karena, kesadaran masyarakat medan pada umumnya untuk pakai masker sangat rendah. Ya, sehingga saya full stay di rumah most of the time, kecuali bila terpaksa keluar rumah. Setelah 5 hari di Medan, saya berangkat ke Palembang dengan direct flight garuda Indonesia. Ohiya ini penerbangan almost Full loh. Padahal gak murah, 1.5 juta perorang.
So far sama aja sih, Cap KKP (masih pagi agak sepi), check in, naik pesawat, selesai. Agak sedih bandara teh sepi, banyak supir taxi dan porter barang wajahnya agak lesu. Sekarang bandara Palembang udah banyak pilihan transportasinya, ada balido (taksi bandara dari dulu sih), bluebird, grab dan pilihan lainnya. Tarif pun sebenernya sama sama aja. Jadi kalau lagi agak banyak duit, gunakan jasa mereka ya gengs. Gak mahal kok untuk porter cuma 5 ribu aja per tas jaman saya hamil mah. Bahkan supir taxi yang kami tumpangi sempat menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami ke bandara lagi kalau dibutuhkan.
Eight -Rapid Test Sebelum Pulang Ke Tanjung dan Penerbangan ke Banjarmasin
Surat rapid tes hanya berlaku 14 hari, itu berarti saya tidak bisa menggunakan hasil rapid tes saya sebelumnya untuk penerbangan ke banjarmasin. Jadi, saya rapid tes lagi di Siloam Jakabaring dengan harga 150 ribu. Saya seneng banget kliniknya bersih dan suratnya cepat jadinya. Setelah memastikan hasilnya negatif, saya mendapat kabar kurang menyenangkan yang saya yakin akan sering terjadi dikala pandemi.
Saya book tiket palembang-jakarta sekitar jam 9.30, dengan asumsi sampai jakarta 10.30. Lalu saya book penerbangan ke JKT- Banjarmasin sekitar pukul 15.00 WITA , dan harusnya sampai banjarmasin jam 17.00 an. Teman saya yang sudah bolak balik rute tersebut bilang, dia tidak pernah melihat penerbangan ke banjarmasin dengan maskapai GA jam segitu. Penerbangan terakhir yang dia tahu adalah yang landing jam 3 atau setengah 4 sore, dan dia ngingetin, coba cek mana tau reschedule. Dan benar saja, ternyata penerbangan saya dipindahkan bahkan ke jam 9 pagi.
Setelah berbicara dengan customer service GA, disarankan saya tetap dari palembang jam 9.30-10.30, dan untuk penerbangan JKT- Banjarmasin, saya naik penerbangan jam 12.30 WITA-14.30 WITA. yang berarti saya cuma transit time antara 10.30-11.30 WIB. Transit time 1 jam di bandara ultimate 3 itu mepet loh, belum lagi kalau antar terminal jauh jauhan. Jadi, be carefull ya, hal seperti ini mungkin akan terjadi di perjalanan anda.
Dan benar saja, transit time segitu beneran mepet. Saya harus antri dll soalnya pas di gate transit, tetep di screening sama AVSEC dan… benar saja dapat terminal yang jauh. Untunglah saya dengan berlari lari sampai di gate bandara keberangkatan menuju banjarmasin sekitar 15 menit sebelum naik pesawat.
NINE-AND THE LAST
Setelah mengisi perut dengan AW (again) di bandara Banjarmasin, saya naik travel sekitar 4-5 jam ke Tanjung. Sampai tanjung udah malem dan langsung makan malam dan tidur. Is it over? No. Kami harus menunggu jadwal swab test dan tetap karantina mandiri sampai hasilnya keluar.
Dan Alhamdulillah NEGATIVE.
Postingan ini bukan bermaksud mengajak sodara sodara untuk liburan, percayalah kalau gak penting penting amat gausah. Karena capek loh, untuk menerapkan disiplin 3M pada anak, belum lagi menasehati anak untuk gak main main sembarangan dll. Tapi, trip ini juga meyakinkan saya bahwa, selama kita mengikuti 3M dengan baik dengan cara menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan (juga makan bergizi dan olahraga teratur), insyaallah kita tidak akan mudah terjangkit penyakit, khususnya corona.
Selain itu apa lagi yang perlu disiapkan? DUIT. Yak, gua gak berlebihan, you need more money. Swab, rapid itu bayar pribadi, dari mulai @150 ribu for rapid (80 ribu di bandara) dan 800 ribu buat swab. Jangan lupa saya juga memilih menginap di hotel saat transit. Untuk seat distancing, yang menerapkan baru garuda indonesia, citilink dan air asia.
UPDATE APRIL 2021
Readers, I just had my flight to LOMBOK recently. Seperti biasa, sepaket bertiga sama suami dan anak. Beberapa hal sudah berbeda dengan pengalaman saya ke Palembang sekitar Desember 2020.
Pertama, RAPID ANTIBODI SUDAH TIDAK DIPAKAI, dan digantikan dengan RAPID ANTIGEN, PCR ataupun GENOSE. GENOSE salah satu pilihan paling tidak ribet, cukup pas hari H di bandara keberangkatan dan dilarang makan minum sesuatu yang kuat 2-3 jam sebelum tes genose. Tetapi, beberapa orang yang “kurang beruntung” mendapati Genose mereka positif, dan memilih rapid antigen untuk mengecek apakah mereka benar benar terpapar korona. Jadi kalau pakai GENOSE agak terlihat kurang persiapan buat traveling sih. Belum lagi, genose tidak tersedia di semua bandara. Hanya segelintir bandara yang memiliki fasilitas genose. Masa berlaku juga tidak “seenak” terdahulu yang bisa sampai 14 hari. PCR berlaku 3 hari, Rapid antigen 2 hari, genose hanya 1 hari.
Kedua, ANAK DIBAWAH 5 tahun tidak diwajibkan melakukan tes genose, Rapid antigen ataupun genose. Hal ini sudah saya buktikan sendiri, tetapi saya memang selalu rapid antibodi anak saya untuk berjaga jaga. Dan berakhir memang hasil tes anak saya tidak diminta sama sekali.
Ketiga, Hasil rapid antigen/pcr/genose akan connect ke E-HAC. Jadi gak harus print surat ataupun cap KKP. Cukup buka menu vaksinku di E-HAC dan scan barcode sertifikat rapid test di KKP. Walaupun agak nyebelin kadang petugas check in counter tetep minta surat hasil rapid test yang dicap. Padahal mah kalo gak nunjukin bukti bahwa kita negatif corona, ya udah ketahan KKP dari tadi.
One thought on “Travelling Saat Pandemi Corona COVID-19 Dengan Anak (Desember 2020)”