Hello readers,
It’s my first movie review. Saya kemaren iseng-iseng lihat web liputan 6 showbiz yang menuliskan judul “6 Film Indie Paling Sukses”, beberapa ditulis film film yang sudah terkenal dan saya tidak menyangka ternyata film tersebut film indie. The Passion of The Christ dan Slumdog Millionaire salah satunya. Saya kebetulan lagi butek dan karena episode 7 dari Game Of Thrones Season 4 belum keluar, jadi saya iseng download film ini karena dibanding film indie sukses lain di web tersebut, menurut saya ini yang paling simple ceritanya. Jadilah saya mencari film ini dan langsung menontonnya.
Film ini mendapat rating 7.6/10 dari IMDB, dengan budget 7,5 milion US$ dan gross $143,492,840 (source : IMDB.com). Pemeran utama perempuannya adalah Ellen Page sebagai Juno MacGuff, Michael Cera sebagai Paulie Bleeker, dua pemeran lain yang mendapatkan spotlight dari saya adalah Jennifer Garner sebagai Vanessa Loring dan Jason Bateman sebagai Mark Loring.
Dari poster ini terlihat ada anak ABG dengan perut buncit (praduga tak bersalah atas terminologi ABG karena keduanya memakai pakaian ala ABG) dan seorang pria dengan seragam olahraga bercelana super pendek.
Film ini bercerita tentang Juno, gadis ABG dengan hidup normal dengan ayah, ibu tiri dan adik tirinya yang menyadari dirinya hamil dan ayah dari anaknya adalah Paulie Bleeker. Juno cukup kaget karena “disaat pertama kali dia melakukan itu”, dia langsung hamil. Film dibuka dengan adegan Juno sedang minum jus jeruk 2 liter dan berjalan ke arah toko untuk mengetes air seninya dengan test pack (dimana hal ini telah dilakukannya selama 3 kali, mana mungkin itu test pack nya salah).
Menyadari dirinya berumur 16 tahun (begitupun ayah dari sang anak), Juno memutuskan untuk membiarkan anaknya diadopsi Vanesa dan Mark Loring, pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Vanesa sangat ingin menjadi ibu, bahkan sampai membuat iklan di koran untuk mencari anak untuk diadopsi. Juno, yang memutuskan untuk membesarkan sang anak untuk kemudian diadopsi Vanessa merawat kehamilannya dengan enjoy, namun akankah proses kehamilan hingga bersalinnya berjalan lancar?
well, I’m not going to give any spoiler, but trust me, the story is little bit shocking.
What I love about this movie.
Pretty shocking story, namun ringan. Film bergenre drama komedi ini ditulis oleh Diablo Cody. Sebenarnya bisa saja Juno menggugurkan kandungannya, namun entah dengan alasan apa, dia memutuskan mundur di ruang tunggu lembaga yang bisa membantunya menggugurkan kandungan.
Awalnya saya skeptis karena mengira film genre ini kalo di Indonesia biasanya ceritanya agak gak penting, (FYI saya pernah nonton film Married By Accident yang dibintangi Nikita Willy dan saya udh mikir nih film sama aja).
Juno yang begitu polosnya, minum soda dengan cup super besar sambil memegang perut gemuknya. Dia begitu excited mengabari segala perkembangan perutnya ke Vanessa dan Mark Lorain karena Juno sangat ingin anaknya dirawat kedua pasangan idel tersebut. Ini agak bertolak belakang dengan cerita yang biasa saya dengar, katanya di luar negeri, kalo hamil gak dipengen ya paling aborsi. Ellen Page benar-benar sukses memerankan seorang remaja hamil, yang masih agak labil, namun mau bertanggung jawab atas perbuatanya. Dia bahkan tidak memberatkan Bleeker untuk mengurus kehamilan dan bayinya. Terlihat pada adegan ketika ia menolak Bleeker membawakan tasnya.
Vanessa Lorain juga cukup memiriskan hati. Seorang istri yang tak memiliki anak namun merasa dirinya terlahir sebagai ibu. Agak miris pas lihat Vanessa memegang perut Juno dan ingin merasakan rasanya “ditendang” bayi.
Satu hal yang saya pelajari dari film ini adalah, kita tidak perlu mengurusi omongan orang :D. Juno dengan cueknya, melihat tatapan anak anak lain yang melihat dirinya hamil, terus menjaga kehamilannya. Saya cukup salut dengan ayah dan ibu tiri dari Juno yang selalu mensupport kehamilannya.
Dan tiap orang juga memiliki sisi lemah walaupun terlihat perfect di kehidupan sehari harinya. Ini tercermin dari betapa Vanesssa terobsesi akan kehamilan Juno (yang diskenariokan akan menjadi anaknya). Dia begitu rapuh akan segala sesuatu mengenai bayi karena ia sangat menginginkan bayi, namun tidak pernah diberi kesempatan untuk memilikinya.
Yang paling unyu adalah, ada telefon rumah bentuk HAMBURGER!
Saya merekomendasikan film ini untuk yang lagi pengen nonton nonton ringan di hari libur, yah sekedar melepas penat ditengah gempuran tugas,hehehe ^^
Sekian review dari Ibu Bedak kali ini, see you next time 🙂
One thought on “[Movie Review] Juno (2007)”