
Holaa mommies and daddies yang merasakan SFH, terutama yang SFH Playgroup kayak saya.
Yes today post was made for you. So…semenjak pandemi, kita semua harus melakukan kegiatan dari rumah toh ya. Suami saya pun sudah dipekerjakan dari rumah. Nah,,bagaimana dengan anak saya?
So, saya sudah daftar PlayGroup anak saya semenjak Februari 2020. At that time, belum ada kasus COVID-19 terdeteksi di Indonesia. Proses penyebaran virusnya dikabarkan hanya melalui fluida (bersin dll), So saya merasa masih aman aman saja. Hanya terjadi di negara tiongkok, korea dan jepang yang tinggi kasusnya, di negara selain itu paling hanya satu dua. Intinya kalo kamu gak naik pesawat atau ke negara yang beresiko tinggi insyaallah gak papa. Sekolah anak saya memang hanya membuka pendaftaran sejak februari-maret. And look at now.
Sekitar bulan puasa, sudah mulai ada wacana dari pemerintah untuk memundurkan tahun ajaran dan menerapkan sistem sekolah dari rumah untuk tahun ajaran yang sudah berjalan. Jadi awalnya saya mengasumsikan mungkin..tahun ajaran baru akan januari 2021, bukan juli 2020, sehingga pemerintah bs fokus membasmi covid.
TERNYATA SAYA SALAH.
Muncullah istilah “new normal”, dimana anda harus mulai beraktifitas seperti biasa, namun dengan proteksi diri (masker) dan jaga jarak untuk mencegah penularan. Mayoritas masih bekerja dari rumah, namun sekolah adalah salah satu sektor yang masih belum bisa berjalan normal. Karena ketika sekolah dibuka, biasanya dinegara lain kasus COVID nya melonjak tajam lagi. I won’t say about my opinion, but I’m pretty sure, bahwa Pemerintah melakukan ini untuk melindungi rakyatnya.
DAMPAKNYA TERHADAP SAYA
Saya harus mengajari anak saya dirumah. Awalnya saya masih sabar menanti info dari pihak sekolah mengingat anak saya di Playgroup, bukan jenjang yang betul betul membutuhkan sekolah disaat pandemi ini. Namun sekolah di sekitaran sudah mulai bagi seragam dll. Tibalah waktunya saya juga di WA pihak sekolah untuk ambil seragam dan ikut pengarahan sekolah di rumah, tentu tanpa membawa anak. Jadi maybe buat ibuk-ibuk yang mau tau gimana pengalaman saya SFH anak preschool bisa baca pengalaman saya dibawah ini.
- Pengarahan Orang Tua Murid
Yup setelah WA Grup kelas dibuat, para ortu murid diminta datang tanpa bawa anak dan pakai masker untuk pengambilan set belajar selama 3 mggu dan mengikuti arahan dan pengumuman lain lain. Tentu kita diharuskan jaga jarak. Sudah disediakan kursi kursi dengan nama anak. Tentu saja saya sebagai ortu baru agak awkward, biasanya kan kita ketemu sesama ibu-ibu nanya-nanya satu sama lain. Tapi ya pada sadar diri dateng cuci tangan langsung duduk. Gaada interaksi dengan ibu ibu lain karena memang kita sedang hati hati. Intinya ya satu, sudah pasti dalam semester ini tidak ada interaksi antar siswa.
Didalam tas merah, saya diberikan seragam sebanyak 4 buah dan jadwal pelajaran beserta peralatannya. Bisa dibilang kita gausah beli-belikemana mana dan tingga praktek aja. Untuk jam pelaksaaan sekolah pun fleksibel mengikuti jadwal ortu. SPP juga diturunkan mengikuti fasilitas yang dihilangkan.
- Pelaksanaan SFH di rumah
Saya sudah berniat dari awal, walaupun guru tidak mengharuskan memakai seragam dan jam pelajaran fleksibel. Saya akan menanamkan disiplin ke anak seolah olah kita benar benar bersekolah. Jadi saya langsung merancang area belajar anak lengkap dengan meja dan berusaha agar anak saya jam 8 teng sudah duduk manis dengan seragam. Setelah menerima video instruksi dari wali kelas, saya langsung meminta zidan mengikuti instruksi gurunya. Pada hari pertama sangat susah sekali, bahkan zidan cuma bisa diam 15 menit saja. Zidan merasa mewarnai tidak menarik dan merasa bosan. Yah hari pertama cukup perjuangan sih. Padahal pelajaran hari itu cuma mewarnai gambar anak laki laki. Gambarnya juga gak besar. Cuma namanya anak gak mood ya susah. Ibarat kata gini, anaknya bisa megang pensil, bisa mewarnai, tapi gak mau melakukan.

Disinilah saya mulai sadar rintangan pertama anak Preschool SFH
ANAK TIDAK MOOD
Sebenernya wajar karena namanya suasana lingkungan sekolah yang sudah demikian rupa didesain untuk belajar, diganti dengan suasana rumah yg tiap hari gitu gitu aja. Kemaren gapernah disuruh suruh lah sekarang kok disuruh ngerjain apa tiba tiba. Apalagi anak tiga tahun ya pasti gak mood. Tapi saya pribadi masih memilih meneruskan kegiatan pre-school karena sebagai orang tua sayapun butuh panduan cara menstimulasi perkembangan anak, tanpa membuat anak merasa berat. Yang pasti memang pasti sudah keahlian guru guru ini.
THEN HOW I DEAL WITH THAT?
Pertama tama, saya merasa, bahwa meminta anak bersiap jam 8 pagi pakai seragam dan makan pagi itu cukup gampang. Namun karena mereka masih belum bisa dipaksa melakukan hal yang tidak dia sukai (contoh, anak lagi pengen main plastisin, saya suruh nulis, jadi dia bete soalnya memang pada dasarnya main plastisin dan nulis adalah hal yang baik), saya terpaksa sedikit menuruti keinginan anaknya kapan mau belajar. Kalau baru mau belajar jam 9 ya masih saya turuti, pokoknya jangan sampai kelewatan aja..maksimal jam 12 lah. So far ya zidan masih bisa sedikit dikendalikan. Misal dia jam 9 cuma mau menggambar sedikit, saya biarkan dia main yang lain nanti jam 10 dilanjutkan lagi sampai selesai. Yah tiap ibu pasti punya kiat-kiat mengakali tingkah anak.
Ohiya sebagai penunjang pembelajaran saya juga langganan majalah mombi via gridstore ,ulasan bisa dibaca di sini.

Well, jadi gimana ibu ibu SFH nya?? Share dong di comment